Blogger Template by Blogcrowds


Empat corak tampang 
Pemimpin pulang
Dari medan juang

Dia pulang dengan 
Kepala tegak ke depan
Membawa hasil perjuangan 

Dia pulang dengan
Kepala tegak namun tangan
Dibelenggu
Calon Penghuni terungku
Atau lebuh nista dari itu

Riwayatnya jadi pupuk penyuburan
Tanah dan ranah perjuangan
Bagi Mujahidin kemudian

Itu adalah sebuah potongan bait-bait puisi yang ditulis oleh Muhammad Natsir, salah seorang pemimpin Masyumi dan pendiri Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia. Puisi ini menjelaskan tentang keberhasilan seorang pemimpin yang seringkali baru dapat disadari saat dia pergi, saat kita melihat apa yang telah dikerjakannya ternyata amat berguna bagi generasi selanjutnya.

Selain hal tersebut, keberhasilan seorang pemimpin juga ditentukan oleh keberhasilan regenerasi perjuangan. Rasulullah SAW memberikan contoh yang baik untuk hal itu. Ketika beliau meniggal, para sahabat, meski merasa kehilangan dan yakin tak adayang mampu menyamai Nabi, tapi tidak kebingungan mencari pemimpin setelahnya. Mereka justru berdebat tentang siapa yang pertama memimpin. Ini terjadi karena ada sekian banyak sahabat yang amat layak menjadi pemimpin.

Puisi diatas juga menggambarkan bahwa perjuangan harus tetap berjalan, tak peduli berapa banyak pemimpin yang meninggal. Itu tidak mungkin terjadi bila pemimpin sebelumnya tidak mempersiapkan kader yang layak untuk memimpin perjuangan setelah ia meniggal. Regenerasi adalah sunatullah. Orang yang menganggap seorang pemimpin tidak dapat digantikan, adalah orang yang tidak percaya bahwa kematian adalah suatu yang pasti.

Pemimpin yang baik bukanlah pemimpin yang pintar, tapi pemimpin yang mengerti situasi dan kondisi di sekitarnya, pemimpin yang sebijaksana mungkin memutuskan suatu perkara masalah yang terjadi dilingkungannya. Pemimpin yang mengerti masa dimana ia hidup dan memimpin. Kita tidak dapat membandingkan satu pemimpin dengan pemimpin lainnya karena masalah dan keadaan yang dihadapi pasti berbeda beda.

Oleh karena itu, seorang pemimpin yang baik bukanlah pemimpin yang mempunyai skill individu terbaik, tapi yang tahu kapan harus mendengar pendapat rekan rekannya, mendengar suara hati orang disekitarnya. Pemimpin yang percaya pada generasi penerusnya, pemimpin yang membiasakan generasi muda penerusnya menerima beban tugas. Pemimpin yang baik seperti seorang playmaker dalam sepakbola. Playmaker bukanlah seorang yang mempunyai tendangan keras, bukanlah yang paling hebat dalam menggocek bola, bukan yang paling hebat responnya, tapi seorang playmaker adalah seorang yang paling tahu kapan harus membagi bola, bagaimana memberi umpan yang matang, tahu bagaimana mengatur ritme permainan timnya, dan tahu bagaimana membangkitkan semangat rekan-rekannya.

Da’wah adalah pekerjaan besar yang diwajibkan Allah SWT kepada hamba pilihan-Nya. Pahala yang disediakan Allah untuk para pengemban da’wah adalah ridha-Nya. Syaratnya para pengemban da’wah itu harus melaksanakan da’wah hanya karena Allah SWT. Ia harus menjadikan da’wah benar benar hanya karena Allah, benar-benar ikhlas, dan saat yang sama harus sesuai dengan tuntunan rasulullah SAW

Da’wah adalah suatu pekerjaan yang harus diakukan dengan ikhlas, sabar, ulet, dan penuh toleransi. Maksud toleransi disini bukan merelakan kita untuk diinjak injak, bukan mendiamkan perilaku buruk, karena jika seperti itu bukan toleransi namanya tetapi memendam perasaan. Toleransi yang sehat lahir dari sebuah perkenalan maupun pendekatan secara bertahap untuk mencapai suatu toleransi, toleransi itu juga lahir dengan kita saling menghargai perbedaan yang ada untuk mencapai suatu ketentraman.

Dalam da’wah toleransi sangat penting untuk mengetahui dan memahami keadaan seseorang atau kelompok masyarakat, dalam hal ini peran seorang pemimpin atau khalifah sangat penting untuk mengarahkan, mengatur, dan memimpin agar hal tersebut tetap berada pada jalur yang benar dan sesuai dengan tujuan awal.

Untuk menyiapkan generasi penerus, seorang pemimpin harus memiliki sifat ikhlas, sabar, ulet, dan toleransi, demi untuk menyiapkan generasi penerus da’wah agar islam tidak hanya menjadi sejarah peradaban di bumi. Karena hanya islam agama yang diridhai Allah.

Seorang pemimpin harus memiliki sifat ikhlas untuk mencari bibit, menyiapkan, dan mendidik generasi penerus karena ikhlas adalah kunci apakah usaha dan kerja keras seorang pemimpin untuk generasi penerus mendapat ridha Allah atau tidak, dan para generasi penerus insyaallah dapat menerima, memahami, dan menghayati ilmu, pengalaman yang manis ataupun pahit, pelajaran yang berat ataupun ringan. Untuk meneruskan dan melanjutkan perjuangan da’wah yang dilakukan pemimpin sebelumnya. 

Begitu juga dengan sabar, dan ulet hal tersebut juga merupakan hal penting dalam da’wah karena perlu sebuah kesabaran dan keuletan dalam berda’wah Karena kita tidak mengetahui bagaimana keadaan suatu kaum dimana menjadi tempat berda’wah. Kita perlu sabar untuk terus mengajak orang orang, kita perlu keuletan untuk terus membimbing dan memberikan pelajaran. Oleh karena itu sabar dan ulet adalah hal yang tidak dapat dilepaskan dari da’wah.

Setiap membaca Al-Quran, salah satu surat yang populer adalah surat Al-Fatiha. Kalimat Ar-Rahman (pengasih) dan Ar-Rahim (penyayang) adalah merupakan kata yang menjadi dorongan islam untuk hidup dalam kedamaian yang dilandasi dengan cinta dan toleransi. Hal tersebut juga dipertegas dengan kalimat “Rahmatan Lil Alamin” (kasih sayang terhadap semua). Islam mengakui perbedaaan karena memang semua berbeda baik internal maupun eksternal, tapi bukan untuk di beda bedakan, tapi untuk dihargai dan dijag keharmonisan untuk menyikapi suatu perbedaan.

Fenomena kekerasan terhadap beberapa kelompok yang akhir akhir ini menghiasi catatan peradaban dunia adalah keamburadulan system dan mekanisme hidup bersama. Ketegangan antar intra umat beragama dan antara umat beragama ikut menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan. Biasanya ha ini terjadi akibat adanya paksaan dan tekanan terhadap sesuatu yang menyangkut keyakinan, kepercayaan, dan keimanan. Islam sebagai agama sama sekali tidak pernah mengajarkan tindakan dan perilaku paksaan, dan itu tegas dijelaskan dalam Al-Quran yang berbunyi La Ikhroha Fiid Din yang artinya “Tiada paksaan dalam menganut agama/keyakinan”. Atau juga pada peristiwa Piagam Madinah nabi Muhammad SAW berkata “Barang siapa yang kejam dan kasar terhadap sesorang yang terikat perjanjian, membatasi hak haknya, membebaninya dengan hal hal yang tak dapat ia pikul, atau mengambil sesuatu yang menjadi miliknya diluar keinginannya, maka aku sendiri yang akan menjadi lawan orang itu di akhirat kelak”.

Oleh Karena itu dalam berdakwah harus menggunakan cara pendekatan secara baik baik, bertahap, sabar, dan ulet, bila seseorang terutama seorang pemimpin berda’wah dengan cara kekerasan atau memaksa maka orang orang pun akan menjauhinya seperti firman Allah pada surat Ali Imran ayat 159 yang artinya “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitar kamu. Karena itu maka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal. Itulah seharusnya yang dilakukan oleh para khalifah dimuka bumi ini yaitu berda’wah dengan lemah lembut. Hal ini harus terus berlanjut dan untuk pelajaran bagi generasi penerus.

Ada baiknya kita mencermati dan mencontoh bagian dari sejarah nabi Muahmmad SAW. Diantaranya sejarah mencatat bahwa islam memerangi kaum kafir quraisy dalam peristiwa Fathul Mekah bukan karena alasan akidah (keyakinan), tapi justru karena orang islam dimusuhi, dan diperangi dan sejarah mencatat jelas bahwa para tawanan dan orang Mekah yang menyembah berhala dan beragama apa saja tidak dipaksa masuk islam ketika kota mekah ditaklukan, justru sebaliknya mereka diberi pengampunan massal bagi mereka yang sungguh sungguh untuk masuk islam. Kita harus mencontoh apa yang dilakukan nabi Muhammad SAW untuk berda’wah mencari bibit-bibit generasi penerus yang dapat membawa perubahan di bumi ini ke arah yang lebih baik.  

Bila sebuah negara atau organisasi diibaratkan seperti sebuah permainan catur. Seorang pemimpin diibaratkan seorang pemain catur dialah yang mengatur, memberikan perintah, memilih jalan, dan memutuskan. Menurut saya anda salah jika anda menganggap seorang pemimpin adalah seorang raja pada suatu negara atau sebuah organisasi. Raja disini bukan pula sebuah konstitusi atau peraturan, bukan pula dasar negara, apalagi sebuah kehormatan. Jika, anda sependapat dengan saya, raja dari suatu negara atau organisasi adalah generasi penerus suatu negara ataupun organisasi. Karena generasi penerus adalah kunci apakah suatu negara atau organisasi dapat terus berjalan atau tidak. Karena bila tidak ada generasi penerus suatu negara atau organisasi tidak akan dapat berjalan lagi, tidak dapat melakukan apa apa lagi. Bayangkan bila sebuah negara atau organisasi tidak memiliki generasi penerus kepada siapa kita akan bergantung, dan berharap untuk masa depan nanti. Renungkan bila sebuah negara atau organisasi tidak memiliki generasi penerus. Ilmu, pengalaman, dan pelajaran yang ada akan diturunkan, dan diberikan kepada siapa. Pikirkan bila sebuah negara atau organisasi tidak memiliki generasi penerus, seorang pemimpin akan memimpin siapa, akan mengarahkan siapa, akan membina siapa. Begitulah menurut saya yang paling penting bukanlah sebuah konstitusi, bukan sebuah landasan, tetapi adalah suatu generasi penerus.

Oleh karena itu seorang pemimpin yang benar-benar berjiwa pemimpin adalah pemimpin yang menuliskan pada hatinya tanggung jawab untuk melindungi, membina, dan mengarahkan generasi penerus agar menjadi lebih baik daripada dirinya. Meskipun untuk mewujudkannya harus memerlukan, dan membutuhkan pengorbanan yang besar, bahkan mengorbankan dirinya sendiri. Mungkin itulah pemimpin atau khalifah yang akan menjawab pertanyaan malaikat kepada Allah. Mengapa Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. 

Generasi penerus dapat diibaratkan sebagai lapisan ozon yang didalamnya terdapat pada stratosfer yang melindungi bumi ini dari terik dan panasnya matahari. Bila tidak ada lapisan ozon bumi ini akan berakhir, meleleh dan hanya akan menjadi kenangan dari bagian tatasurya sebagai satu-satunya planet yang terdapat kehidupan didalamnya. Untuk itu kita harus melindungi lapisan ozon tetap ada agar bumi ini dapat terus berputar.

Dalam dunia da’wah, kepemimpinan yang berkesinambungan, dan adanya generasi penerus untuk melanjutkan perjuangan da’wah mutlak diperlukan. Hal ini karena perjuangan da’wah adalah perjuangan sepanjang masa, hingga kiamat tiba. Oleh karena itu tongkat estafet pun tidak boleh jatuh sedetik pun.  



 
























OSIS 38


OSIS SMAN 38. Adalah tempat yang sebenarnya nggak ada di otak gw pas masih duduk di MTS. Tapi, pas acara perpisahan gw nazar kalo gw masuk SMA unggulan gw bakalan masuk OSIS nya. Ya, pertama kali yang ada di otak gw pas buat keputusan buat masuk OSIS karena gw liat ade kelas OSIS MTS gw ikut perpisahan angkatan gw. Mereka bilang sih jadi panitia, n gw juga nanya ke mereka ternyata mereka ikut perpisahan pas angkatan gw gratis alias gak ngeluarin duit buat biaya transport n akomodasinya. Pas gw tau kaya gitu ya langsung terlintas di otak gw yang dodol kalo OSIS tu enak, n gratis. Ya jadilah gw pengurus OSIS SMAN 38 n untuk jadi pengurus OSIS ternyata gak gampang ternyata gw harus ngelewatin cobaan yang sulit yang bentuknya macem macem ada fisik, mental, jiwa gw diperiksa masih waras atau gak, yang kalo menurut gw sih kalo ada hal kaya gitu tiap saat ya pastinya gw dah langsing sekarang karena stress ngejalanin itu semua. Ya jadilah gw bagian dari 33 pengurus OSIS SMAN 38 Jakarta. Hal hal menarik, gila, n aneh yang laen bakal gw ceritain lagi abis ini.OSIS 38 Mantap

Postingan Lebih Baru Beranda